BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS
Selamat Datang di blog BIRO JODOH.

Sebuah Pilihan

Segarnya dingin air bak mandi membukakan mata Faiza yang tadi tertutup rapat. Hari ini rasa kantuk melandanya sejak pagi. Padahal dirasa bagi ia tidurnya semalam cukup. Namun ketika ia mengajar di MTs Jamiyyatul Muta’allimin dan MA Jamiyyatul Muta’allimin tadi penyakit malas itu menggoda dirinya untuk merindukan sebuah kasur empuk ditemani bantal dan juga boneka beruangnya. Siangnya sebelum asar ia tidur lelah… tak mempedulikan panggilan anak-anak TPQ Yasmin Ahmad Yayasan keluarganya “Ibu…ibu…latihan tidak hari ini…?” Faiza mendengar suara Ilham memanggil sebutan itu kepada dia. Namun berat rasanya untuk bangun dan matanya juga berat untuk dibuka seakan lem Aibon yang sangat rekat itu telah dioleskan di kedua matanya. Taman Pendidikan Al-Quran Yasmin Ahmad akan mengikuti lomba solawat di Yayasan Mifahul Huda. Setiap sore Faiza dan anak-anak TPQ latihan bersama. Faiza memegang keyboard sedangkan anak-anak mendendangkan solawat Badr. Namun hari itu latihan tidak dilaksanakan. Faiza memilih istirahat karena ia tahu semalaman ia akan membuat tugas yang selalu bertumpuk. Tugas menindak lanjuti ide-ide yang selalu muncul di benaknya. Ia bersyukur karena ide itu selalu ada pada dirinya dan membuat ia tak bisa berdiam diri. Walau kadang idenya terkesan aneh seperti ide Mahar pada novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata, namun tidak separah dan sehebat ide Mahar itu. Ide Faiza cukup membuat pikiran Iza tak pernah diam itu saja yang membuat sama dan menurut orang aneh ya karena sama-sama pemimpi seperti Mahar. Setelah mandi, ia menuju meja kerjanya di ruang depan rumahnya. Kantor di depan rumah itu ia ciptakan empat bulan lalu. Mejanya dibawa ayahnya dari kantornya di Tangerang untuk menfasilitasi kantor PAUD Fatimatuzzahra dan TPQ Yasmin Ahmad. Faiza mendirikan Pendidikan Anak Usia Dini yang dinamakan Fatimatuzzahra karena menyukai putri Rosulullah itu hingga saat ini ia menambah koleksi bukunya yaitu berjudul “Hanya Fathimah Bunga Nan Jadi Bunda Ayahnya” karya Muhammad Abduh Yamani ia beli untuk belajar bagaimana seorang Fathimah putri Rosul berjuang menemani Rosul hingga akhir hayat Rosul. Faiza duduk di depan meja dan mengerjakan tumpukan buku yang sengaja tidak ia bereskan tadi sebelum tidur. Sebelum tidur ia sempat menghitung uang tabungan anak-anak PAUD dan berapa bayaran bulan April ini yang masuk. Namun karena pikirannya sudah penat, maka ia rehat sejenak dengan tidur.Faiza selesai menghitung uang bayaran bulan April ini. Hanya berjumlah sembilan puluh ribu rupiah. Uang itu dibagi dua untuk guru PAUD yang satu bulan diberi gaji sebesar delapan puluh ribu rupiah. Faiza tersenyum menikmati kenyataan itu. Ia melihat sejenak beberapa anak yang belum memberikan pembayarannya bulan ini. Tinggal sedikit lagi… pikirnya. Biasanya tiap bulan ia hanya mendapat seratus lima puluh ribu rupiah dari pembayaran bulanan anak-anak PAUD. Itu cukup dibagi dua untuk gurunya saja sedangkan ia sama sekali tidak. Ah… tidak apa, ikhlas dan pengabdian dulu yang diutamakan. Allah akan menggantinya jika kita ikhlas menjalaninya.Setelah merapikan uang, ia diam sejenak berpikir. Menarik nafas. Menutup mata. Membuka mata. Kemudian menutup mata kembali. Lama ia pejamkan mata. Ia berpikir sungguh luar biasa keadaan yang ia alami saat ini hingga bisa membuatnya lebih dewasa. Faktor kedewasaan itu ia akui sendiri. Ia selalu dihadapi oleh dua pilihan yang sangat sulit ia pilih salah satunya. Keputusan yang ia ambil kemungkinan akan membuat pilihan yang lain kecewa atau Iza sendiri yang merasa menyesal ketika telah memilih yang lainnya. Siang tadi ia menerima pesan dari Bu Susi guru PAUD karena besok tidak bisa datang mengajar. Bagi sebagian orang itu tidak apa-apa toh wajar satu hari tidak masuk mengajar. Tapi bagi Faiza hal itu adalah sebuah pillihan yang ditujukan kepada ia. Kalau mau marah, mengapa guru itu dengan seenaknya meminta izin ketika Faiza hari itu juga tidak bisa hadir di PAUD karena setiap hari kamis dan Jumat ia ada di MTs dan MA Jamiyyatul Muta'allimin. Dan besok adalah hari Jumat. Ini bukanlah pilihan yang baru bagi Faiza. Namun terasa berat jika memilih salah satu dan mengorbankan yang lain.Jika ia memilih mengajar di PAUD menggantikan guru yang tidak bisa mengajar hari itu, maka anak kelas delapan dan sembilan di Mts esok hari juga akan kehilangan gurunya. Apalagi kelas sembilan sebentar lagi akan mengikuti ujian. Seperti anak yang baru lahir, semakin dekat ujian, semakin dekat pula gurunya untuk membimbing mereka. Fatal juga akibatnya jika satu kesempatan dilewati untuk masuk ke dalam kelas sembilan. Jika mereka tidak lulus, siapa yang disalahkan? Mungkin juga gurunya karena berhalangan hadir.Jika Faiza memilih mengajar anak kelas delapan dan sembilan, maka besok anak-anak imut itu juga seperti anak yang kehilangan induknya. Guru yang berhalangan hadir adalah guru kelas A. kelas anak usia empat hingga enam. Beda dengan kelas B usia lima hingga tujuh yang sudah bisa sedikit mandiri. Tapi apa jadinya jika kedua kelas itu kosong atau salah satunya? Mereka masih tergolong kecil dan belum mengerti jika hanya diberikan tugas menggambar. Mereka perlu interaksi dari guru. Mereka perlu dibimbing… dan yang paling membuat Faiza pusing adalah Bu Septi guru Biologi di MTs Jamiyyatul Muta'allimin besok sudah meminta izin tidak bisa masuk kelas sembilan dan menitipkan tugas kepadanya. Ini adalah amanah yang harus ia sampaikan kepada anak-anak kelas sembilan. Belum lagi hari sabtu, anak-anak kelas sembilan ada yang mengikuti Olimpiade Fisika dan persiapannya adalah besok hari Jumat. Guru Fisika di Mts Jamiyyatul Muta'allimin siapa lagi kalau bukan Faiza sendiri?Faiza tersenyum melalui hari yang menantang ini. Ia tersenyum walau kegalauan hati mengusik di dada. Ia tersenyum layaknya seorang Teller disebuah Bank International tersenyum padanya walau kadang mungkin hatiya sedang tidak stabil. Ia akan belajar senyum pada petugas-petugas yang harus dipaksa senyum karena tuntutan pekerjaan. Tapi ia harus banyak belajar senyum pada anak-anak PAUDnya yang selalu senang belajar, bernyanyi dengan riang dan selalu tersenyum pula memperlihatkan kepolosan mereka. Dan pastinya senyuman mereka sangat tulus. Sejenak ia mengikuti Yasinan yang biasa dilakukan bersama keluarganya untuk menenangkan hati. Sebelumnya ia sms kepada Bu Solihat guru kelas B untuk menggabung anak kelas A dan B PAUD esok hari dan percayakan orangtua murid yang mampu membantunya. Solusinya itu saja dari Faiza. Jika Bu Solihat keberatan dengan tugas itu, Faiza tetap mengajar di PAUD. Ia memang harus memilih walau keduanya sangat berat dipilih. Setelah selesai dari berdzikir bersama, sms Bu Solihat membuat Faiza tenang. Ia siap dengan tugas besok hari. Subhanallah pengertian yang diberikan oleh Bu Solihat itu. Semoga sesuai dengan namanya, ia menjadi istri yang solehah bagi suaminya. Tapi sampai saat ini calon suami yang soleh belum juga menginginkan sitri solehah seperti Bu Solihat. Faiza mengulum senyum melihat tiga pejuang PAUD Fatimatuzzahra yang semua masih single itu.Urusan pilihan selesai, ia kemudian duduk di depan koputer melihat tumpukan tugas yang selalu menanti untuk dikerjakan. Makan malam sengaja ia akhirkan. Belum lapar. Makan ketika lapar nanti. Dan semoga ketika tugas untuk dikerjakan hari ini tuntas. Begitulah Faiza Fathonah menjalani hari kamis penuh perjuangan baginya. Dibalik itu semua Allah men transfer energi kepada seseorang yang bisa membuat hari-hari Faiza sukses dan kuat. Walau jauh dan maya, namun itu semua sudah cukup bagi Faiza. Dibalik itu pun ia menanti seorang pendamping yang akan membuatnya lebih kuat karena akan banyak persoalan hidup yang akan dijalani Faiza. Pendamping yang mengerti profesi nya. Terimakasih lirihnya pada sosok itu…Yasmin Ahmad, April 17th 2008, 7:38 PM.
Sumber: Jodoh-Jodohan