BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS
Selamat Datang di blog BIRO JODOH.

Kendalikan Nafsumu, Kefitrian akan menjemputmu

Hakikat Agama adalah Kasru al Syahawat, begitu pernah saya baca dalam sebuah kitab. Bila kita renungkan pada setiap hal yang diwajibkan Allah kepada kita baik berupa ibadah-ibadah murni (mahdah) maupun yang tidak murni (ghairu mahdah), kesemuanya mengandung unsur Kasru al Syahawat atau memecah syahwat. Kitab Nashaih al Ibad dalam salah satu penjelasannya menyatakan; “Barangsiapa yang merobohkan keinginan-keinginan nafsunya, niscaya dia menjadi orang yang kuat di dunia dan akhirat.” Rukun Islam yang lima, mulai dari syahadat, shalat, puasa, zakat dan haji, menuntut konsekwensi seorang muslim untuk mengesampingkan nafsu syahwatnya dalam menjalankan rukun itu .
Seseorang ketika telah berserah diri mengucapkan kalimat syahadat maka atas kepercayaan apapun yang diberikan kepadanya atau budaya yang biasa telah dilakukannya, dia harus berani melepaskannya demi keabsahan kesaksiannya bahwa yang berhak untuk disembah, diikuti, ditaati, dijalankan setiap perintahnya adalah Allah dan Rasul Nya. Ajaran membuang bunga diperempatan jalan pada waktu –waktu tertentu, ajaran nogodino dalam setiap penyelenggaraan pernikahan dan lain sebagainya, seberapapun mengakar dihati dan otak kita karena telah ditanamkan sejak lama oleh leluhur harus mampu kita kesampingkan demi menegakkan ajaran Allah dan Rasul-Nya.
Seseorang yang berprofesi dalam bidang apapun harus mampu mengalahkan pikiran nafsunya untuk sejenak berhenti bekerja dan mengalihkan konsentrasi untuk menjalankan ibadah sholat, sesulit apapun, sebanyak apapun pelanggan yang harus kita layani, bila panggilan sholat telah diperdengarkan seorang muslim yang sejati harus mampu mengalahkan nafsu dunianya untuk menghadap, sowan kepada Sang Pencipta; Ya Allah terima kasih atas nikmat pekerjaan dan hari-hari yang menyenangkan yang Engkau berikan kepada kami. Bagaimana mungkin seorang mengaku muslim, data-data pribadinya tertulis beragama Islam tetapi setiap Allah melalui pita suara para muadzin memanggil untuk bersujud kepadaNya, dia menumpuk sejumlah alasan dihadapanNya. Sibuk, banyak pelanggan, ada tamu pejabat, ada acara kenegaraan, takut tidak kebagian tempat di stadion untuk nonton bola, atau kehilangan moment gol-gol indah, ketinggalan episode sinetron dan alasan lain yang bila kita renungkan, mereka atau mungkin kita yang menyodorkan berbagai alasan setiap Allah merindukan gerak tubuh kita yang dirangkai dalam ritme indah gerakan sholat, merindukan suara-suara mengingatNya, sama saja dengan menduakan dan menomor duakan Allah yang telah mencipta, memberi nikmat tanpa pamrih.
Pantaskah kita menuntut banyak kepada Allah sementara itu kita mengingkari setiap perintahNya? Beralasan ngantuk berat setiap Allah memanggilnya diwaktu subuh, beralasan repot kerja, ada klien yang tidak bisa ditinggal ketika Allah menyerunya diwaktu dzuhur, alasan capek kerja ketika ashar menyambut, waktu maghrib dan isya beralasan tidak sempat atau alasan yang lain. Ketika itu menjadi keseharian kita, lantas perilaku yang seperti apa yang akan kita tunjukkan sebagai konsekwensi pengakuan kita sebagai seorang muslim?Menunaikan zakat dan haji merupakan media untuk menyingkirkan ke aku an yang menyatakan bahwa rezeki didapat dari diri sendiri tanpa campur tangan Sang Khalik, sehingga tangan terasa kelu untuk berbagi dengan sesama.
Ketika berhaji, tidak bisa tidak, pasti ada harta yang dicintai yang harus dikeluarkan. Dalam prosesi haji, seseorang juga harus mampu mengesampingkan kesibukan mencari oleh-oleh untuk lebih khusyu’ dan khudlu’ dihadapan Allah untuk mendapatkan Haji Mabrur.Puasa yang hanya satu bulan dalam setahun, satu dari dua belas bulan, meski Allah telah menjanjikan dengan berbagai pahala dan keutamaan dibulan Ramadan, masih saja banyak kaki-kaki nampak dibalik warung-warung yang ditutup dengan setengah hati, dan masih mengaku muslim tanpa malu. Puasa Ramadan adalah pamungkas dari instrument menahan dan mengendalikan hawa nafsu, karena dengan puasa seseorang dapat mengurangi dua hal yang paling banyak menyebabkan seseorang masuk neraka.
Hadits riwayat Abu Hurairah menceritakan :”Rasulullah saw telah ditanya tentang yang paling banyak dari perkara yang dapat memasukkan manusia ke dalam neraka, beliau bersabda: “mulut dan kemaluan” dan beliau ditanya tentang yang paling banyakdari perkara yang dapat memasukkan ke dalam surga, maka beliau menjawab : “bertaqwa kepada Allah dan budi pekerti yang mulia”Dalam puasa kita diperintahkan menahan diri dari memenuhkan hasrat dua hal yang menyebabkan seseorang masuk neraka yaitu menahan makan minum dan nafsu syahwat kepada lawan jenis meski istri atau suaminya sendiri dalam waktu tertentu. Dalam proses pembelajaran menahan nafsu makan dan minum ini seseorang diharapkan kedepan, selepas bulan Ramadan, dia mampu menahan diri untuk tidak sembarangan menyantap makanan dan minuman bila tidak benar-benar halal, dan kalaupun halal tidak boleh berlebihan. Karena ringannya seseorang dalam menjalankan ibadah, taqarrub kepada Allah sangat ditentukan kepada kehalalan dan berlebihan atau tidaknya dalam memenuhi kebutuhan makan dan minumnya.
Ala kulli hal, bila kita mau menyimak pesan Allah dari setiap ibadah yang disyariatkan, satu pesan penting yang harus kita cermati. “Kendalikanlah nafsumu!” Nasaih al Ibad, Makalah ke Enambelas mempertajam pesan penting itu dengan menyitir sebuah maqalah: “Sesungguhnya syahwat itu dapat membuat para raja menjadi para budak, karena sesungguhnya barangsiapa yang menyintai sesuatu, maka dia adalah budak dari sesuatu tersebut. Dan sabar itu dapat membuat para budak menjadi raja-raja, karena budak itu dengan kesabarannya dia akan dapat memperoleh apa yang dia inginkan”. Tiadakah pengetahuan kita sampai pada kisah dari pemimpin kita yang mulia, putera dari orang yang mulia, cucu dari orang yang mulia, Yusuf As Shiddiq, putera Ya’qub As Shabur, putera Ishaq Al Halim, putera Ibrahim Al Khalil Al Awwah as. dan Zulaikha? Sesungguhnya Zulaikha telah menyintai Sayyidina Yusuf dengan puncak kecintaan, sedang Sayyidina Yusuf sabar atas tipu daya dan tindakannya yang menyakitkan.
Dalam puasa seorang muslim didorong untuk mendidik nafsunya menjadi dibawah kendali otak dan ilmunya bukan menjadikan otak dan ilmu sebagai alat pemuas nafsu syahwat. Ramadan bermakna pula sebagai al ramad, pembakar dosa. Bagi mereka yang sukses menyekolahkan nafsunya dibulan Ramadan ini, dia berarti telah sukses dan berhak atas kefitrian dibulan syawal, tetapi kalaupun ternyata bulan Ramadan bahkan hanyalah menjadi alat pemuas nafsu, dari yang tidak pernah pergi ke mall dan supermarket, jadi seorang yang super konsumtif dengan alasan menghormat Ramadan, sibuk memikirkan menu baru atau yang cukup berlauk pauk nasi, sayur, dan tempe menjadi berbagai macam makanan tersedia dimeja, sibuk mencari pakaian baru mengalahkan tarawih dan ibadah lainnya dengan alasan menghormat ied fitri, disaat umat muslim lain hatinya bertawaf di rumah-rumah Allah, mereka bertawaf di supermarket, pusat perbelanjaan dan pasar malah untuk memuaskan nafsu syahwatnya.
Bila kita termasuk diantara mereka bukanlah kesia-siaan saja yang akan kita dapatkan?Ramadan bagi orang yang seperti itu hanyalah menjadi instrument pemuas nafsu, dan orang yang seperti itu tidak akan pernah merasakan ke fitri an diri di bulan syawal. Di Bulan yang bermakna peningkatan itu, hanyalah menjadi media nafsu untuk memamerkan baju baru, celana baru, atribut baru, mobil baru, nuansa rumah yang baru, tetapi hatinya tetap kering tanpa makna. Di bulan Syawal dan seterusnya, lidah tetap saja kelu untuk berdzikir, tubuh tetap saja terasa lunglai untuk bersujud. Kalau begitu manfaat apa yang kita dapatkan dari berpuasa penuh di bulan Ramadan? Tidakkah kita pernah mendengar dawuh Nabi Muhammad :“Hari raya bukanlah bagi mereka yang pakaiannya baru tetapi hari raya adalah bagi mereka yang keimanannya bertambah.”Wal hasil, Allah telah menyediakan instrumen mendekat kepadaNya semudah mungkin, sedekat mungkin, seminimal mungkin, tetapi bila Nafsu Syahwat yang menjadi raja dalam diri hamba, instrumen itu hanyalah menjadi pemberat diri, penghalang diri untuk meraih kenikmatan dunia yang semu dan fana. Akhirnya, Kendalikanlah nafsumu! Maka engkau akan merasakan kefitrian diri yang nyata hadiah dari Tuhan yang membanggakan keberhasilan dirimu. Wallahu a’lam.